Resep MP-ASI dengan Tambahan Bubuk Daun Kelor
Daun kelor (Moringa oleifera) bisa dimanfaatkan untuk menambah kepadatan gizi pada MP-ASI. Literatur review yang kita rujuk merangkum sejumlah penelitian yang menunjukkan pemanfaatan kelor dalam fortifikasi makanan bayi, kudapan bergizi, serta ekstrak kelor pada balita, dengan hasil yang cenderung memperbaiki kecukupan gizi dan beberapa indikator pertumbuhan1.
MP-ASI sendiri idealnya dimulai usia 6 bulan sesuai anjuran badan kesehatan dunia, agar kebutuhan energi dan zat gizi yang makin meningkat bisa terpenuhi2. Untuk konteks, stunting didefinisikan sebagai TB/U kurang dari −2 SD menurut standar pertumbuhan anak WHO3. Lihat anjuran WHO tentang MP-ASI usia 6 bulan di sini: panduan pemberian MP-ASI.
Resep 1: Bubur Beras Lembut + Kelor
Alat
- Panci kecil atau slow cooker
- Sutil kayu
- Blender atau saringan halus
- Sendok takar
Bahan (±1 porsi)
- 2 sdm beras, cuci bersih
- 250 ml air
- 1 sdm tempe kukus, haluskan
- 1 sdt minyak kelapa atau minyak sayur fortifikasi
- Bubuk daun kelor: mulai dari seujung sendok pada percobaan awal, lalu tingkatkan sesuai keterterimaan. Pada salah satu studi yang dirangkum, 14 g bubuk kelor per hari dipakai pada anak dan remaja dengan malnutrisi dan dilaporkan aman, namun angka ini bukan patokan untuk semua usia1.
- Opsional penambah vitamin C untuk bantu serap beberapa mineral: 1 sdm tomat kukus halus atau pepaya matang halus
Cara Memasak
- Masak beras dengan air sampai menjadi bubur lembut. Aduk berkala.
- Masukkan tempe halus, aduk hingga rata dan kembali mendidih.
- Matikan api, biarkan agak hangat.
- Tambahkan bubuk kelor perlahan, aduk rata.
- Tambahkan minyak, aduk sampai tekstur halus.
- Bila perlu, blender atau saring agar konsisten dengan usia.
- Sajikan hangat. Boleh tambah sedikit tomat kukus atau pepaya halus bila anak sudah terbiasa.
Catatan gizi dari literatur
- Fortifikasi MP-ASI dengan bubuk kelor dilaporkan meningkatkan kecukupan mineral, vitamin A, kalsium, dan protein pada menu harian1.
- Pada penggunaan bubuk kelor selama 60 hari pada anak dengan KEP derajat II, 70% membaik menjadi KEP derajat I. Pada KEP derajat I, 60% menunjukkan peningkatan status gizi signifikan1.
Resep 2: Pure Kentang Tempe + Kelor
Alat
- Panci kecil
- Garpu atau masher
- Saringan halus
- Sendok takar
Bahan (±1 porsi)
- 1 kentang kecil, kupas potong dadu
- 1 sdm tempe kukus, haluskan
- 1 sdt minyak zaitun atau minyak sayur fortifikasi
- Bubuk daun kelor: mulai seujung sendok, naikkan bertahap sesuai keterterimaan
- Sedikit air hangat atau kaldu rumahan tanpa garam
Cara Memasak
- Rebus kentang hingga empuk, tiriskan.
- Haluskan kentang, campurkan tempe halus. Atur kekentalan dengan air hangat.
- Masukkan bubuk kelor perlahan, aduk rata.
- Tambahkan minyak. Aduk sampai pure lembut.
Catatan gizi dari literatur
Olahan berbasis kelor seperti kudapan/biskuit dilaporkan efektif sebagai makanan selingan bergizi untuk balita stunting, sehingga asupan tambahan di luar waktu makan utama menjadi lebih mudah1.
Resep 3: Omelet Lembut + Kelor
(untuk anak yang sudah siap tekstur lebih padat)
Alat
- Wajan antilengket kecil
- Garpu atau whisk kecil
- Spatula
Bahan (±1 porsi)
- 1 butir telur
- 1 sdm tahu atau tempe halus (opsional)
- 1 sdm susu UHT penuh lemak atau air
- 1 sdt minyak atau mentega tawar
- Bubuk daun kelor: mulai seujung sendok hingga ±¼ sdt sesuai keterterimaan
- Sayur halus yang familiar, misalnya wortel kukus halus (opsional)
Cara Memasak
- Kocok telur dengan susu atau air.
- Tambahkan tahu/tempe halus dan bubuk kelor, aduk rata.
- Panaskan wajan, oles tipis minyak/mentega.
- Tuang adonan, masak api kecil hingga matang.
- Angkat, potong kecil. Pastikan tekstur sesuai usia.
Catatan gizi dari literatur
Selain fortifikasi, terdapat penelitian pada balita yang memberi ekstrak Moringa oleifera dan menemukan kenaikan rata-rata tinggi badan dalam periode pengamatan yang dilaporkan1.
Tips Aman dan Praktis
Mulai sedikit, naikkan bertahap
Mulai dari seujung sendok bubuk kelor agar anak terbiasa rasa dan warna, lalu naikkan perlahan sesuai keterterimaan. Angka 14 g per hari dalam literatur adalah contoh dosis penelitian pada kelompok anak dan remaja malnutrisi, bukan acuan umum untuk semua1.
Waktu penambahan
Tambahkan bubuk kelor setelah makanan tidak terlalu panas agar rasa dan warna lebih nyaman, serta meminimalkan kehilangan nutrisi yang sensitif panas.
Kombinasi yang membantu penyerapan
- Vitamin C membantu penyerapan zat besi non-heme dari bahan nabati4.
- Konsumsi protein hewani pada menu pendamping juga dapat meningkatkan penyerapan zat besi non-heme5. Penjelasan ilmiah tentang peningkatan penyerapan zat besi dapat dibaca di NIH Office of Dietary Supplements: fakta zat besi dan fakta vitamin C.
Hal yang sebaiknya dihindari
- Untuk bentuk ekstrak, hindari mencampur dengan teh atau kopi karena polifenol dapat menghambat penyerapan zat besi non-heme5.
- Untuk bayi dan batita, minuman bernilai gizi rendah seperti teh, kopi, dan minuman berpemanis tidak disarankan dalam pola makan karena berisiko menurunkan kualitas asupan3.
Siapa yang juga bisa mendapat manfaat
- Ibu menyusui: beberapa telaah menunjukkan pemakaian kelor sebagai galaktagog memiliki data keamanan yang cukup baik pada ibu dan bayi menyusui, meski mutu studi bervariasi6. Ulasan keamanan untuk laktasi bisa dilihat di LactMed: monografi moringa.
Catatan profil gizi daun kelor
Ulasan komprehensif terkini menunjukkan daun kelor kaya beta karoten, kalsium, kalium, dan beragam fitonutrien yang bermanfaat sebagai penambah kualitas gizi menu harian7.
Ringkasannya
- Kelor membantu meningkatkan kepadatan gizi MP-ASI bila dipakai sebagai pelengkap yang bijak dan konsisten1.
- Anjuran global: MP-ASI mulai usia 6 bulan dengan menu aman, adekuat, dan sesuai usia3.
- Serap zat besi dari menu nabati dapat ditingkatkan dengan vitamin C dan protein hewani, serta dihindarkan dari polifenol teh/kopi saat konsumsi ekstrak.4 5
Apakah Kelor memang dapat mengurangi resiko stunting?
Ada satu cerita, kami mendapatkan informasi bahwa di PMB Sari Nawa Wijayaningsih, Buluspesantren, Kebumen, dilakukan studi kasus pada 3 bayi usia 12–13 bulan: MP‑ASI harian mereka diperkaya tepung/bubuk daun kelor selama 14 hari, dan seluruh responden menunjukkan kenaikan berat badan setelah intervensi penambahan kelor pada MP-ASI8. Laporan penelitiannya dapat Anda lihat di Repository Unimugo.
Intervensi disusun sebagai praktik nyata di layanan kebidanan, mencatat penimbangan di KMS/lembar observasi, sehingga menjadi dokumentasi pengalaman klinis seorang ibu/bidan yang dapat direplikasi. Menu MP‑ASI yang digunakan memadukan bubuk kelor ke olahan rumahan seperti tahu fantasi, puding, cookies, nagasari, dan perkedel; takaran resep umumnya memakai 1 sendok teh bubuk kelor (≈5 gram) per porsi sehingga mudah diterapkan di rumah.
FAQ
1) Kapan bayi boleh mulai MP-ASI dengan kelor?
MP-ASI dimulai usia 6 bulan. Kelor bisa menjadi pelengkap menu sejak awal, dengan tekstur yang disesuaikan dan jumlah sangat kecil terlebih dulu.
2) Berapa takaran bubuk kelor per porsi?
Mulai dari seujung sendok teh, lalu naikkan perlahan sesuai keterterimaan anak. Dalam beberapa penelitian, bubuk kelor sekitar 14 g per hari pernah digunakan pada anak dan remaja malnutrisi, tetapi angka itu bukan patokan untuk semua anak. Sesuaikan usia, kondisi, dan konsultasikan bila ragu.
3) Bagaimana cara mencampur bubuk kelor agar gizinya tetap baik?
Adukkan bubuk kelor setelah makanan tidak terlalu panas. Ini membantu menjaga kualitas nutrisi dan rasa tetap nyaman untuk anak.
4) Minuman apa yang sebaiknya dihindari saat memakai kelor?
Untuk bentuk ekstrak, hindari mencampur dengan teh, kopi, susu, atau cokelat karena dapat menghambat penyerapan mineral tertentu. Pilih air putih.
5) Bahan apa yang cocok dipasangkan agar penyerapan mineral lebih optimal?
Tambahkan sumber vitamin C yang ramah anak, seperti tomat kukus halus atau pepaya matang, agar penyerapan beberapa mineral lebih baik.
6) Lebih baik daun segar atau bubuk kelor?
Keduanya bisa. Daun segar cocok untuk sayur bening atau sop, sedangkan bubuk lebih praktis sebagai fortifikasi MP-ASI karena mudah ditakar dan dicampur.
7) Bagaimana cara mengatasi anak yang menolak rasa kelor?
Mulai dari jumlah sangat kecil dan campurkan ke makanan yang familier, seperti bubur, omelet, perkedel, atau bakwan sayur. Tingkatkan bertahap jika anak sudah terbiasa.
8) Seberapa sering MP-ASI dengan kelor diberikan?
Tidak ada patokan wajib. Sesuaikan dengan menu harian keluarga. Fokus pada variasi dan keseimbangan, bukan pada satu bahan saja.
9) Bagaimana cara menyimpan bubuk kelor?
Simpan di wadah kedap udara, kering, dan terlindung dari panas serta cahaya. Tutup rapat setelah digunakan.
10) Apakah ada efek samping yang perlu diperhatikan?
Umumnya aman dalam porsi kuliner. Perhatikan kemungkinan alergi atau keluhan pencernaan. Hentikan pemakaian bila muncul gejala yang mengganggu dan konsultasikan ke tenaga kesehatan.
Fatmawati N., Zulfiana Y., Julianti I. (2022). Pengaruh Daun Kelor (Moringa oleifera) Terhadap Pencegahan Stunting↩
World Health Organization (2015). Stunting in a nutshell↩
World Health Organization (2025). Complementary feeding: overview & recommendations 6–23 months↩
National Institutes of Health, Office of Dietary Supplements (2025). Vitamin C — Health Professional Fact Sheet↩
Moustarah F., StatPearls Publishing (2024). Dietary Iron↩
U.S. National Library of Medicine, LactMed (2025). Moringa — Drugs and Lactation Database↩
Pareek A. et al. (2023). Moringa oleifera: An Updated Comprehensive Review of Its Pharmacological Activities, Clinical, Phytochemical, and Toxicological Aspects↩
Chusnul Chotimah. (2022). Penerapan pemberian makanan pendamping ASI dari tepung daun kelor untuk meningkatkan berat badan bayi sebagai upaya pencegahan stunting di PMB Sari Nawa Wijayaningsih, Kecamatan Buluspesantren, Kebumen.↩