Rumah Rempah Manisha Solo

Temulawak: Kandungan, Manfaat, Efek Samping, dan Cara Mengolah Curcuma Xanthorrhiza | Ensiklopedia Tanaman Obat Indonesia

Ringkasan & Disclaimer

Temulawak adalah rimpang asli Indonesia dari keluarga Zingiberaceae yang kaya xanthorrhizol dan kurkuminoid. Secara tradisional digunakan untuk keluhan cerna (kembung, rasa penuh), penunjang fungsi hati ringan, serta pemulihan pascasakit.1 2 3 Bukti ilmiah modern menunjukkan aktivitas koleretik/hepatoprotektif, antiinflamasi, dan antimikroba, namun kualitas dan cakupan uji klinis masih beragam sehingga klaim harus disampaikan proporsional.1 2 4 5

Artikel ini bersifat edukasi, bukan pengganti nasihat dokter; konsultasikan ke tenaga kesehatan terutama bila Anda punya penyakit hati/batu empedu atau sedang hamil/menyusui.6


Nama & Taksonomi

Penulisan “zanthorrhiza” sering muncul pada basis data botani; keduanya merujuk spesies yang sama.7

Temulawak rimpang, rajang, kering, dan bubuk

Identifikasi & Morfologi

Habitat, Distribusi, & Budidaya

Asal di Jawa dan tersebar di Nusantara; cocok di dataran rendah–menengah beriklim tropis lembap, tanah gembur berdrainase baik. Panen dilakukan saat tanaman 9–12 bulan; rimpang dicuci, diiris, lalu dikeringkan hingga kadar air rendah untuk mencegah jamur dan menjaga potensi.10 3

Komposisi Kimia Kunci

Farmakologi Ringkas (Senyawa → Aksi → Potensi)

Dalam ulasan ilmiah temulawak (Rahmat, 2021) dijelaskan bahwa temulawak banyak kandungan, beberapa di antaranya:10

Bukti Ilmiah Terkini (Evidence Map)

Tabel 1. Klaim utama vs kualitas bukti

Klaim/Indikasi yang Umum Jenis Bukti Dominan Kualitas Bukti (umum) Catatan Penting
Keluhan cerna ringan (rasa penuh, kembung) Monograf tradisional EMA/HMPC; studi kecil Moderat–rendah Mendukung penggunaan tradisional untuk gejala ringan; bukan terapi penyakit serius.1 2
Dukungan fungsi hati ringan Pra-klinik (in vitro/in vivo), review Rendah–moderat Sinyal hepatoprotektif konsisten pada model hewan; data klinis manusia masih terbatas.3 5
Topikal kulit (psoriasis ringan) RCT kecil topikal 1% Rendah–moderat Uji terkontrol kecil temulawak menunjukkan manfaat pada lesi ringan; perlu replikasi & uji lebih besar.11
Antimikroba/antiinflamasi umum Pra-klinik & review Rendah–moderat Relevansi klinis tergantung formulasi/dosis & target.4 9

Ringkasan: temulawak punya profil farmakologi menjanjikan, dengan landasan tradisional kuat untuk keluhan cerna ringan. Untuk klaim lebih luas (mis. penyakit hati spesifik), bukti klinis masih terbatas, sehingga komunikasi publik harus proporsional.1 2 3 5

Manfaat Tradisional Nusantara

Dalam jamu, temulawak kerap dipakai sebagai penambah nafsu makan, pemulih tenaga, serta pereda keluhan cerna (kembung, rasa penuh). Ia juga sering dipadukan dengan asam jawa, gula aren, atau madu untuk memperbaiki rasa dan mendukung kepatuhan minum.3

Bentuk Sediaan & Cara Pakai

Tabel 2. Bentuk, cara pakai, & takaran umum (berdasarkan monografi/praktik tradisional; sesuaikan label produk)

Bentuk Cara Pakai Dosis/Anjuran Umum
Simplisia irisan kering Rebus 1–2 sdm irisan (±5–10 g) dalam 300 ml air hingga tersisa ±200 ml; minum 1–2×/hari 1–2 minggu evaluasi; hentikan bila keluhan memburuk1 10
Serbuk rimpang Seduh ½–1 sdt dengan air hangat; boleh ditambah madu Maks. ±2–3 g/hari; bagi 2–3 dosis10
Ekstrak kering/kental Ikuti etiket; umumnya 1–2×/hari Patuh pada kadar xanthorrhizol/kurkuminoid terstandardisasi bila tersedia10
Topikal (krim/oles) Oles tipis pada lesi 1–2×/hari Khusus produk berizin; hindari luka terbuka/iritasi berat11

Tips rasa & stabilitas: kombinasikan dengan madu/gula aren untuk menekan pahit; seduhan jangan terlalu lama di suhu tinggi agar warna/rasa tidak berlebihan. Gunakan air matang.

Keamanan, Efek Samping, & Interaksi

Kapan harus ke dokter?

Keluhan cerna berlangsung >2 minggu, ada nyeri hebat, muntah berulang, penurunan berat badan tanpa sebab, ikterus (penguningan), atau Anda memiliki penyakit hati/empedu terdiagnosis—jangan tunda konsultasi.1

Catatan praktik aman: untuk penggunaan pribadi secara tradisional, gunakan jangka pendek (1–2 minggu) lalu evaluasi; taati petunjuk label & jangan melebihi dosis.

Standar Mutu & Regulasi

Kualitas Bahan & Penjaminan Mutu

Resep Rumahan (How-To)

Jamu Temulawak Klasik (2 porsi)

  1. Iris tipis 10 g temulawak kering (atau ±20–25 g segar).
  2. Rebus dengan 300–350 ml air hingga tersisa ±200 ml.
  3. Saring; tambahkan 1 sdt madu/gula aren bila perlu.
  4. Minum 1–2×/hari setelah makan selama 7–14 harievaluasi respons.

Variasi infusa hangat Seduh ½–1 sdt serbuk rimpang dengan 200 ml air hangat; aduk; tambahkan irisan jeruk nipis untuk aroma.

Produk Turunan & Aplikasi

Studi Kasus & Red-Flag Klaim

Hindari klaim seperti “menyembuhkan hepatitis” atau “mengobati penyakit hati”. Formulasi klaim yang proporsional:

FAQ

1. Apa beda temulawak vs kunyit? Keduanya Curcuma; kunyit lebih oranye & kaya kurkumin, temulawak punya xanthorrhizol lebih menonjol. Manfaat tradisional tumpang tindih pada cerna, namun monografi temulawak menekankan gejala cerna ringan.1 3 9

2. Berapa lama aman dikonsumsi? Untuk swamedikasi dewasa 1–2 minggu, lalu evaluasi. Hentikan bila keluhan memburuk; konsultasi bila gejala menetap.1

3. Aman untuk lambung sensitif? Umumnya tolerabel; konsumsi setelah makan. Bila ada riwayat gastritis berat/GERD yang aktif, mulai dari dosis kecil dan evaluasi, atau konsultasi terlebih dulu.1

4. Bagaimana pada penderita batu empedu? Hindari tanpa pengawasan medis karena efek koleretik/kontraksi kandung empedu (risiko memperberat gejala).6

5. Bisa untuk anak? Data klinis terbatas; gunakan produk berizin & konsultasikan ke nakes terutama bila ada kondisi medis khusus.1



  1. EMA/HMPC (2014). Community herbal monograph on Curcuma xanthorrhiza Roxb., rhizoma. https://www.fitoterapia.net/archivos/201607/wc500166366.pdf

  2. EMA/HMPC (2013). Assessment report on Curcuma xanthorrhiza Roxb., rhizoma. https://s3-us-west-2.amazonaws.com/drugbank/cite_this/attachments/files/000/000/114/original/WC500144564.pdf?1527261710=

  3. Rahmat E, dkk. (2021). Javanese Turmeric (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)(tab:https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC8214482/)

  4. Oon SF, dkk. (2015). [Xanthorrhizol: a review of its pharmacological activities and health benefits. https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC4618344/

  5. Simamora A, dkk. (2024). Xanthorrhizol: Its bioactivities and health benefits. https://japsonline.com/admin/php/uploads/4141_pdf.pdf

  6. Rasyid A, dkk. (2002). Effect of different curcumin dosages on human gall bladder. https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1046/j.1440-6047.2002.00296.x

  7. POWO/Kew (akses 2025). Curcuma zanthorrhiza (syn. C. xanthorrhiza) – taxon page

  8. NCBI Taxonomy (2020). Taxonomy browser: Curcuma xanthorrhiza. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/Taxonomy/Browser/wwwtax.cgi?id=136222

  9. Dosoky NS & Setzer WN (2018). Chemical Composition and Biological Activities of Essential Oils of Curcuma Species. https://www.mdpi.com/2072-6643/10/9/1196

  10. Kemenkes RI (2017/2022). Farmakope Herbal Indonesia Edisi II & Suplemen I

  11. Rahmayunita G, dkk. (2018). Topical Curcuma xanthorrhiza for psoriasis: double-blind RCT. https://mji.ui.ac.id/journal/index.php/mji/article/view/2511

  12. EMA/HMPC (2021). Call for scientific data for periodic review of the monograph on Curcuma xanthorrhiza. https://www.ema.europa.eu/en/documents/herbal-call-data/call-scientific-data-periodic-review-monograph-curcuma-xanthorrhiza-roxb-c-xanthorrhiza-d-dietrich_en.pdf

#tanaman-obat #temulawak