Temulawak: Kandungan, Manfaat, Efek Samping, dan Cara Mengolah Curcuma Xanthorrhiza | Ensiklopedia Tanaman Obat Indonesia
Ringkasan & Disclaimer
Temulawak adalah rimpang asli Indonesia dari keluarga Zingiberaceae yang kaya xanthorrhizol dan kurkuminoid. Secara tradisional digunakan untuk keluhan cerna (kembung, rasa penuh), penunjang fungsi hati ringan, serta pemulihan pascasakit.1 2 3 Bukti ilmiah modern menunjukkan aktivitas koleretik/hepatoprotektif, antiinflamasi, dan antimikroba, namun kualitas dan cakupan uji klinis masih beragam sehingga klaim harus disampaikan proporsional.1 2 4 5
Artikel ini bersifat edukasi, bukan pengganti nasihat dokter; konsultasikan ke tenaga kesehatan terutama bila Anda punya penyakit hati/batu empedu atau sedang hamil/menyusui.6
Nama & Taksonomi
- Nama ilmiah: Curcuma xanthorrhiza Roxb. (sering juga ditulis Curcuma zanthorrhiza; sinonim takson).
- Keluarga: Zingiberaceae.
- Nama lokal Indonesia: temulawak, koneng gede (Sunda), temu lawe, temu lawak. Rujukan taksonomi modern menempatkan spesies ini dalam genus Curcuma bersama kunyit / kunir (C. longa); penting agar tidak tertukar saat pembelian bahan baku.7 8
Penulisan “zanthorrhiza” sering muncul pada basis data botani; keduanya merujuk spesies yang sama.7
Identifikasi & Morfologi
- Rimpang besar, daging kekuningan—kecokelatan dengan aroma khas; irisan melintang tampak serat radial yang tegas.
- Batang semu (pseudostem) dari pelepah daun; tinggi ±1–2 m.
- Daun lanset lebar; bunga dalam malai, braktea hijau keputihan. Pembeda dari kunyit: umumnya rimpang temulawak lebih besar, warna tidak se-oranye kunyit, profil minyak atsiri lebih tinggi komponen seskuiterpena (mis. xanthorrhizol) dibanding kunyit yang dominan kurkumin.9
Habitat, Distribusi, & Budidaya
Asal di Jawa dan tersebar di Nusantara; cocok di dataran rendah–menengah beriklim tropis lembap, tanah gembur berdrainase baik. Panen dilakukan saat tanaman 9–12 bulan; rimpang dicuci, diiris, lalu dikeringkan hingga kadar air rendah untuk mencegah jamur dan menjaga potensi.10 3
Komposisi Kimia Kunci
- Xanthorrhizol (senyawa utama khas temulawak). Dalam review terbaru berjudul "xanthorrhizol: bioaktivitas & manfaat kesehatan", dikatakan bahwa Xanthorrhizol berkontribusi pada aktivitas antimikroba, antiinflamasi, dan hepatoprotektif.4 5
- Kurkuminoid (termasuk kurkumin) — antioksidan/antiinflamasi; turut memengaruhi aktivitas koleretik.9
- Minyak atsiri (mis. ar-turmerone, zingiberene); mendukung efek cerna/topikal tertentu.9
Farmakologi Ringkas (Senyawa → Aksi → Potensi)
Dalam ulasan ilmiah temulawak (Rahmat, 2021) dijelaskan bahwa temulawak banyak kandungan, beberapa di antaranya:10
- Xanthorrhizol → antiinflamasi, antimikroba, antioksidan → dukung keluhan cerna ringan & proteksi jaringan (temuan pra-klinik dominan).4 5
- Kurkuminoid → antiinflamasi, koleretik → bantu rasa penuh/kembung; hati-hati pada penderita batu empedu.1 6
- Minyak atsiri Curcuma spp. → spasmolitik ringan/antimikroba → dukung kenyamanan saluran cerna/topikal.9
Bukti Ilmiah Terkini (Evidence Map)
Tabel 1. Klaim utama vs kualitas bukti
Klaim/Indikasi yang Umum | Jenis Bukti Dominan | Kualitas Bukti (umum) | Catatan Penting |
---|---|---|---|
Keluhan cerna ringan (rasa penuh, kembung) | Monograf tradisional EMA/HMPC; studi kecil | Moderat–rendah | Mendukung penggunaan tradisional untuk gejala ringan; bukan terapi penyakit serius.1 2 |
Dukungan fungsi hati ringan | Pra-klinik (in vitro/in vivo), review | Rendah–moderat | Sinyal hepatoprotektif konsisten pada model hewan; data klinis manusia masih terbatas.3 5 |
Topikal kulit (psoriasis ringan) | RCT kecil topikal 1% | Rendah–moderat | Uji terkontrol kecil temulawak menunjukkan manfaat pada lesi ringan; perlu replikasi & uji lebih besar.11 |
Antimikroba/antiinflamasi umum | Pra-klinik & review | Rendah–moderat | Relevansi klinis tergantung formulasi/dosis & target.4 9 |
Ringkasan: temulawak punya profil farmakologi menjanjikan, dengan landasan tradisional kuat untuk keluhan cerna ringan. Untuk klaim lebih luas (mis. penyakit hati spesifik), bukti klinis masih terbatas, sehingga komunikasi publik harus proporsional.1 2 3 5
Manfaat Tradisional Nusantara
Dalam jamu, temulawak kerap dipakai sebagai penambah nafsu makan, pemulih tenaga, serta pereda keluhan cerna (kembung, rasa penuh). Ia juga sering dipadukan dengan asam jawa, gula aren, atau madu untuk memperbaiki rasa dan mendukung kepatuhan minum.3
Bentuk Sediaan & Cara Pakai
Tabel 2. Bentuk, cara pakai, & takaran umum (berdasarkan monografi/praktik tradisional; sesuaikan label produk)
Bentuk | Cara Pakai | Dosis/Anjuran Umum |
---|---|---|
Simplisia irisan kering | Rebus 1–2 sdm irisan (±5–10 g) dalam 300 ml air hingga tersisa ±200 ml; minum 1–2×/hari | 1–2 minggu evaluasi; hentikan bila keluhan memburuk1 10 |
Serbuk rimpang | Seduh ½–1 sdt dengan air hangat; boleh ditambah madu | Maks. ±2–3 g/hari; bagi 2–3 dosis10 |
Ekstrak kering/kental | Ikuti etiket; umumnya 1–2×/hari | Patuh pada kadar xanthorrhizol/kurkuminoid terstandardisasi bila tersedia10 |
Topikal (krim/oles) | Oles tipis pada lesi 1–2×/hari | Khusus produk berizin; hindari luka terbuka/iritasi berat11 |
Tips rasa & stabilitas: kombinasikan dengan madu/gula aren untuk menekan pahit; seduhan jangan terlalu lama di suhu tinggi agar warna/rasa tidak berlebihan. Gunakan air matang.
Keamanan, Efek Samping, & Interaksi
- Umumnya ditoleransi baik pada pemakaian jangka pendek dosis wajar; efek samping ringan dapat berupa mual/keluhan tidak nyaman di lambung.1 2
- Hati-hati dengan penyumbatan saluran empedu/batu empedu karena efek koleretik/koletikinetik (merangsang aliran empedu/kontraksi kandung empedu). Data pada kurkumin 20 mg dapat meningkatkan kontraksi kandung empedu pada relawan sehat; relevan bagi Curcuma spp. secara umum.6
- Kehamilan/menyusui: data klinis temulawak terbatas—hindari swamedikasi kecuali atas saran tenaga kesehatan1. Ibu hamil dan menyusui sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi temulawak.
- Interaksi obat: kehati-hatian bila memakai antiplatelet/antikoagulan (potensi efek aditif), antidiabetik (monitor glukosa), atau obat dengan hepatotoksisitas; selalu konsultasi dokter bila menjalani terapi rutin.4 9
Kapan harus ke dokter?
Keluhan cerna berlangsung >2 minggu, ada nyeri hebat, muntah berulang, penurunan berat badan tanpa sebab, ikterus (penguningan), atau Anda memiliki penyakit hati/empedu terdiagnosis—jangan tunda konsultasi.1
Catatan praktik aman: untuk penggunaan pribadi secara tradisional, gunakan jangka pendek (1–2 minggu) lalu evaluasi; taati petunjuk label & jangan melebihi dosis.
Standar Mutu & Regulasi
- EMA/HMPC mengakui penggunaan tradisional rimpang temulawak untuk gejala cerna ringan dengan persyaratan mutu & pelabelan produk herbal tradisional di Uni Eropa.1 2 12
Kualitas Bahan & Penjaminan Mutu
- Pilih rimpang: padat, tidak lembek/berjamur, aroma khas tajam; untuk simplisia, irisan kering bersih & seragam.
- Penyimpanan: kering, sejuk, terhindar sinar langsung; gunakan wadah kedap untuk mencegah serap lembap.
- QC sederhana UMKM: timbang kadar air (moisture balance sederhana), pastikan tidak ada kontaminasi benda asing; lakukan uji organoleptik konsisten batch-ke-batch; simpan COA bila bahan baku dari pemasok.
Resep Rumahan (How-To)
Jamu Temulawak Klasik (2 porsi)
- Iris tipis 10 g temulawak kering (atau ±20–25 g segar).
- Rebus dengan 300–350 ml air hingga tersisa ±200 ml.
- Saring; tambahkan 1 sdt madu/gula aren bila perlu.
- Minum 1–2×/hari setelah makan selama 7–14 hari → evaluasi respons.
Variasi infusa hangat Seduh ½–1 sdt serbuk rimpang dengan 200 ml air hangat; aduk; tambahkan irisan jeruk nipis untuk aroma.
Produk Turunan & Aplikasi
- RTD/siap minum, teh celup, kapsul ekstrak, granul; pada kosmetik/topikal, xanthorrhizol dan minyak atsiri berperan sebagai antimikroba/antiinflamasi ringan—tetapi formulasi & uji keamanan wajib.4 9
- Untuk bisnis lokal, fokus pada konsistensi dosis, mutu bahan baku, dan pelabelan yang akurat (indikasi tradisional sesuai monografi).1 10
Studi Kasus & Red-Flag Klaim
Hindari klaim seperti “menyembuhkan hepatitis” atau “mengobati penyakit hati”. Formulasi klaim yang proporsional:
- “Membantu meredakan keluhan cerna ringan (rasa penuh/kembung) berdasarkan penggunaan tradisional.”1
- “Dapat mendukung fungsi hati ringan berdasarkan data pra-klinik; bukan pengganti terapi medis.”3 5
FAQ
1. Apa beda temulawak vs kunyit? Keduanya Curcuma; kunyit lebih oranye & kaya kurkumin, temulawak punya xanthorrhizol lebih menonjol. Manfaat tradisional tumpang tindih pada cerna, namun monografi temulawak menekankan gejala cerna ringan.1 3 9
2. Berapa lama aman dikonsumsi? Untuk swamedikasi dewasa 1–2 minggu, lalu evaluasi. Hentikan bila keluhan memburuk; konsultasi bila gejala menetap.1
3. Aman untuk lambung sensitif? Umumnya tolerabel; konsumsi setelah makan. Bila ada riwayat gastritis berat/GERD yang aktif, mulai dari dosis kecil dan evaluasi, atau konsultasi terlebih dulu.1
4. Bagaimana pada penderita batu empedu? Hindari tanpa pengawasan medis karena efek koleretik/kontraksi kandung empedu (risiko memperberat gejala).6
5. Bisa untuk anak? Data klinis terbatas; gunakan produk berizin & konsultasikan ke nakes terutama bila ada kondisi medis khusus.1
EMA/HMPC (2014). Community herbal monograph on Curcuma xanthorrhiza Roxb., rhizoma. https://www.fitoterapia.net/archivos/201607/wc500166366.pdf↩
EMA/HMPC (2013). Assessment report on Curcuma xanthorrhiza Roxb., rhizoma. https://s3-us-west-2.amazonaws.com/drugbank/cite_this/attachments/files/000/000/114/original/WC500144564.pdf?1527261710=↩
Rahmat E, dkk. (2021). Javanese Turmeric (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)(tab:https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC8214482/)↩
Oon SF, dkk. (2015). [Xanthorrhizol: a review of its pharmacological activities and health benefits. https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC4618344/↩
Simamora A, dkk. (2024). Xanthorrhizol: Its bioactivities and health benefits. https://japsonline.com/admin/php/uploads/4141_pdf.pdf↩
Rasyid A, dkk. (2002). Effect of different curcumin dosages on human gall bladder. https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1046/j.1440-6047.2002.00296.x↩
POWO/Kew (akses 2025). Curcuma zanthorrhiza (syn. C. xanthorrhiza) – taxon page↩
NCBI Taxonomy (2020). Taxonomy browser: Curcuma xanthorrhiza. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/Taxonomy/Browser/wwwtax.cgi?id=136222↩
Dosoky NS & Setzer WN (2018). Chemical Composition and Biological Activities of Essential Oils of Curcuma Species. https://www.mdpi.com/2072-6643/10/9/1196↩
Kemenkes RI (2017/2022). Farmakope Herbal Indonesia Edisi II & Suplemen I↩
Rahmayunita G, dkk. (2018). Topical Curcuma xanthorrhiza for psoriasis: double-blind RCT. https://mji.ui.ac.id/journal/index.php/mji/article/view/2511↩
EMA/HMPC (2021). Call for scientific data for periodic review of the monograph on Curcuma xanthorrhiza. https://www.ema.europa.eu/en/documents/herbal-call-data/call-scientific-data-periodic-review-monograph-curcuma-xanthorrhiza-roxb-c-xanthorrhiza-d-dietrich_en.pdf↩